Secarik Perkenalan


Merenungi untuk mencapai titik pemahaman mendalam. Berkontemplasi untuk merumuskan tindakan. Keduanya adalah dialektika bertema kejenuhaan akan diri dan lingkungan.

 Menatap untuk tahu persoalan, Menilik untuk menuai kefokusan. Keduanya adalah proses dalam tahap pengenalan dalam memposisikan diri.
...
Dalam hening bukan berarti diam, sebab dia menyembunyikan kematangan pemikiran, untuk kemudian diekspresikan dalam bingkai ketenangan. 

 Dalam tenang tersirat keikhlasan, sebab ia menghimpun perasaan bening yang dijiwai hati yang bergeming. Ini tidak di-setting melainkan berjalan sesuai fitrah batin. 
... 
O,iya, salam kenal dan salam hormat! Saya Aulia Azfar Tri Kanul, pemuda pembelajar yang semoga dalam hidup terus belajar. Pemuda biasa tapi tak ingin membiasakan kejenuhan. Pemuda muslim yang mengharap keberkahan. Pemuda desa yang berusaha merawat kesederhanaan. Semua hal ini bukanlah pengakuan melainkan pengharapan, sebab relung kisah hidup ini penuh pertarungan dan pergolakan. Menghadapinya perlu prinsip, sebab tanpa prinsip hati nurani menjadi legam, keras, dan tak bisa memandang kebenaran dan kebaikan. 

 Sahabat! Mari beningkan hati untuk menerima prinsip diri dan mari berkontribusi untuk melawan rasa malas dan kejenuhan diri! 
      


  

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Alam dan Keadilan

Sebut saja namaku Rimbun, itu nama samaranku di cerita ini, sekaligus nama yang diarahkan teman-teman sekelasku sebagai ejekan. Mereka bilang begitu karena rambutku keriting tebal tak tentu arah. Tapi tahukah kawan aku justru menganggap panggilan ini doa. Agar kelak aku bisa menjadi pohon ilmu. Rimbun dengan pengetahuan tapi tetap dengan akar yang jelas. Aamiin.      Saat ini aku sepantaran SMP kelas dua, tapi umurku sungguh dibawah kualifikasi jenjang itu. Bukan karena akselerasi tapi karena disekolahkan lebih dulu. Pernah kubertanya ke Ibu, "Mak, kenapa di kelasku kumisan semua?" Pertanyaan yang terlontar karena merasa asing. Ibuku serta merta menjawab dengan paradigma berbeda, suatu pendekatan unik "Nak, itu karena kecanduan internet, nonton video berlarut malam, tembus pagi. Jangan pernah begitu!" Maka karena jawaban Ibuku, aku pernah fobia membuka laptop selama seminggu. Ayahku tertawa terpingkal-pingkal mendengarnya.      Kami sekeluarg...
Read more

Bebal

Kutulis secarik pesan ini dengan keresahan, karena memang ternyata kita baru mengerti keresahan itu setelah melihat hasil tulisan. Kutulis secarik pesan ini sebab termenung, sebab kadang termenung justeru mendatangkan renung. Tuhan, tulisan ini ringkas, seringkas defenisi keadilan dan kerahmatan-Mu di mata hamba. Begitu ringkas untuk segera dipahami. Tuhan, tulisan ini jelas, sejelas keberadaan dan kasih sayang-Mu kepada seluruh makhluk. Bahkan lebih jelas dari Ibu yang selalu menempelkan dahi bersujud di sepotong sajadah. Le bih jelas lagi dari guratan wajah tua ayah setelah berpuluh-tahun kerja. Begitu jelas untuk segera diyakini. Tuhan, maafkan kami yang terlalu bebal mengerti, di sisi lain justeru kami mengaku paling mengerti banyak hal padahal baru setetes yang kita ketahui sedini kita mengumbar kemampuan diri. Tuhan, maafkan kami yang terlalu bebal untuk paham, sementara di sisi lain kita justeru merasa bisa memahami dan memahamkan. Keliru, bahkan embun pagi pun tak...
Read more

Blacklist, Blueprint, dan Sindikat di Ibu Kota

Pertemanan kami menjadi paradoks bagi banyak orang. Suatu titik temu ketidakpercayaan para pemercaya malah. Bagaimana bisa budak kumal yang di- blacklist kepala sekolah, sang penghuni bangku kosong yang dicari-cari tugas, dan pemegang juru kunci peringkat di kelas ini pada suatu hari justru diakui sebagai "teman setia" oleh sang aktor sekolah, trendsetter , kamusnya kepandaian, blueprint sebuah keberhasilan, bahkan lambang kemegahan sekolah.           Namanya Hiro. Sebuah tradisi yang mengharuskan seorang jawara di sekolah kami bahwa saat penerimaan rapor wajib berpidato lantang memuat kesan, saran, dan yang terpenting adalah pada bagian sebut nama orang yang memotivasi dan sahabat setia. Hiro mengambil bagian itu tahun ini. Dan entah mengapa saat masuk kelas aura yang ia terima berbeda. Guru-guru exact dan s ocial tetiba begitu tertib membolehkan kritik dan masukannya. Aura diskriminatif pada siswa lain. Dan yang lebih menakutkan lagi ...
Read more